Judul : Rentang kisah
Penulis : Gita Savitri Dewi
Harga : Rp. 65000 (kalau di kota Magelang)
Penerbit : Gagasmedia
Jumlah halaman : 207 halaman
Kali ini saya akan mereview buku dari gitasav yang berjudul Rentang Kisah. Buku ini terdiri dari 13 bab, antara lain :
- Ibu selalu salah
- Antara passion dan mimpi
- Why can’t i just get what i want?
- Mempertanyakan kembali keputusan
- Dua puluh
- Beda agama
- Nggak tahu apa-apa tentang islam
- Mustahil bersyahadat
- Ragu bisa istiqamah
- Dunia tempat mencari pahala
- Pulang ke Jakarta
- Nasihat untuk gita
- Tulisan-tulisan gita diblog
Didalam buku ini Gitasav bercerita tentang bagaimana ia bisa sampai dititik saat ini. Bagaimana dia mencari jati diri, bagaimana dia bisa kuliah di Jerman, bagaimana dia belajar untuk ikhlas mengenai kehidupan ini, serta dilema yang dialaminya dengan Paulus, pacarnya. Dimulai ketika dia kelas tiga SMA sampai kepulangannya ke Indonesia kemarin.
Menurut pendapat aku pribadi, buku ini cukup mempengaruhi buat mengubah pola pikir aku mengenai kehidupan.
“Hmm aku juga sering sih nanya sama diri sendiri, tapi cuma pertanyaan sepele”
“Kayaknya aku juga cuma islam bawaan lahir aja tapi gak tau apa islam sebenernya”
“Wah ternyata Gitasav orangnya gitu”
Kutipan diatas adalah beberapa reaksiku setelah membaca buku tersebut. Soal buku ini berpengaruh atau engga itu kembali lagi ke pembaca. Ada temanku yang setelah membeli buku ini, dia mengatakan kalau buku ini biasa aja. Tapi setelah aku sendiri yang membaca buku ini, rasanya tetap ada perubahan yang aku terima. Kekurangannya menurutku yaitu bukunya kurang tebal, hehe. Sehingga ada beberapa bagian klimaks tapi diceritainnya cuma sedikit. Jadi seperti semangat yang diberikan itu kurang full.
Berikut ini ada beberapa penggalan buku ini
Berselancar di laman facebook ketika menyandang status pengangguran itu ternyata salah besar. Melihat foto teman-teman yang berpose dengan jaket almameter mereka, dengan teman-teman baru, di depan gedung kampus, bikin aku makin depresi dan makin membenci diri sendiri
Aku takut akan kalah lagi dengan diri sendiri. Lebih tepatnya, takut diri ini akan kalah dengan kekarutmarutan dan segala macam tuntutan yang selalu ada di kehidupan yang fana ini.